Indonesia merupakan sedikit dari negara yang mampu keluar dari krisis multidimensi (politik, sosial, dan trust)
dan saat ini mencatatkan diri satu diantara 20 kekuatan ekonomi
terbesar dunia. Krisis multidimensi 1998 menjadi pembelajaran bagi
bangsa dan negara. Sejak saat itu, bangsa Indonesia dengan cepat recovery
dengan tiga tahapan. Banyak negara yang ingin belajar dari Indonesia
untuk memahami bagaimana Indonesia bisa keluar cepat dan mampu membangun
sistem demokrasi dan pembangungan ekonomi secara paralel. Salah satu
kunci sukses Indonesia selama ini adalah reformasi kelembagaan,
demokratisasi dan konsistensi perbaikan berkelanjutan yang menopang
pembangunan ekonomi nasional.
Secara
garis besar terdapat tiga tahapan pembangunan pasca-reformasi yang
telah dan sedang kita lakukan. Tahapan pertama terjadi antara periode
1998-2004 dimana pembangunan sistem dan struktur kelembagaan negara
demokrasi dilakukan. Periode kedua terjadi pada 2004-2009 dimana
stabilitas politik dan demokrasi telah mulai menemukan bentuk dan
pemantapan daya beli masyarakat (purchasing-power)
dilakukan. Periode ketiga 2009-saat ini dilakukan dengan pematangan
kehidupan demokrasi dan percepatan pembangunan infrastruktur dengan
tetap menjaga daya beli masyarakat. Tiga periode ini menjadi bekal bagi
perumus dan penyusun agenda pembangunan nasional 2014-2019 untuk
mencapai target pembangunan sesuai dengan RPJP.
Sedikit
menyegarkan ingatan kita pada krisis ekonomi Indonesia pada 1998 dimana
pertumbuhan ekonomi terkontraksi minus 13.1 persen, nilai tukar Rupiah
terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak diambangkan dan mencapai Rp.
17.000/Dollar AS pada 22 januari 1998, sekitar 70 persen lebih
perusahaan di Pasar Modal berada dalam posisi insolvent
atau bangkrut, gelombang PHK terjadi dan beberapa data mencatat
pengangguran tertinggi sejak 1960-an dimana lebih dari 20 juta orang
atau 20 persen angkatan kerja, dan PDB/kapita pada 1996 mencapai 1.155
dollar AS/kapita merosot menjadi 610 dollar AS/kapita pada 1998.
Data-data tersebut akan menjadi lebih suram apabila kita tambahkan
adanya kerusuhan dan penjarahan, krisis-etnis, capital-outflow, gelombang demontrasi dan tidak berjalannya tata-pemerintahan.
Periode
1998-2004 merupakan tonggak penting sejarah Indonesia kontemporer.
Dimana dalam periode ini terdapat 3 (tiga) kali ke-Presidenan dalam
suasana penyusunan tata kelambagaan ber-bangsa dan ber-negara. Sejumlah
pembenahan tata kelembagaan baru kita sepakati perlu ada untuk menjaga check-and balance
seperti adanya KPK, MK, Mahkamah Yudisial, KPPU, Dewan Perwakilan
Daerah, otonomi Bank Indonesia, Otonomi Daerah, Pilkada langsung
(Bupati/Walikota dan Gubernur) dan Pilpres langsung. Dimana kesemua hal
ini dilakukan dalam situasi ekonomi dan politik yang masih belum stabil.
Dari sisi ekonomi negara kita masih berhutang kepada IMF dan kekuatan
ekonomi nasional baik negara, BUMN dan swasta nasional masih belum pulih
akibat krisis 1998. Namun upaya kita bersama untuk membangun fondasi
telah berbuah manis pada periode selanjutnya.
Pada
2004-2009 juga menjadi periode bersejarah bagi perjalanan bangsa
Indonesia. dimana pada 2004, dilakukan Pilpres secara langsung setelah
sekian lama Presiden dipilih melalui mekanisme perwakilan di MPR.
Terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara langsung merupakan
manifestasi perubahan sistem pemilihan presiden yang menjadi amanat
reformasi 6 tahun sebelumnya. Pada periode ini ruang pilihan kebijakan
public (public policy choice)
tidak banyak tersedia. Dari sisi ekonomi banyak sekali agenda ekonomi
yang harus dilakukan sementara APBN-P 2004 hanya sebesar Rp. 430
triliun.
Dalam
periode 2004-2009 terdapat salah satu momentum dari sisi kedaulatan
ekonomi dilakukan oleh Pemerintah yaitu dilunasinya hutang ke IMF pada
2006. Hal ini menunjukkan mulai pulihnya confidence dan kemampuan fiskal yang semakin besar. Strategi nasional untuk membangun daya beli masyarakat (purchasing power) melalui menjaga inflasi rendah, penyediaan micro-credit dan sejumlah program subsidi menjadi pull- dan push-factor
bagi dunia usaha di Indonesia. Ekonomi Indonesia sempat diuji oleh
beberapa peristiwa seperti volatilitas harga energi dunia, krisis
sub-Prime Mortgage di Amerika Serikat dan menjelang Pemilu 2009, namun
ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanannya dengan pasar domestik yang
semakin kuat dan resilient.
Pada
periode selanjutnya 2009-saat ini, pembangunan ekonomi nasional
memasuki fase yang lebih tinggi lagi sejak dicanangkannya Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) pada 2011. Harus
kita akui sejak krisis 1998 sampai pencanganan MP3EI praktis Indonesia
belum secara optimal melakukan pebangunan infrastruktur. Prioritas
dilakukan untuk meletakkan fondasi kelembagaan untuk membangun
stabilitas politik (1998-2004) dan penguatan daya beli masyarakat dan
ekonomi domestik (2004-2009). Dan terbukti strategi yang ditempuh selama
ini berhasil membuat ekonomi nasional semakin kuat pada periode
sekarang. Seiring dengan semakin kuatnya konsumsi domestik ditopang oleh
stabilitas politik-keamanan membuat sektor produksi dan infrastruktur
perlu segera dibangun. Semenjak dicanangkan MP3EI strategi ekonomi
nasional mulai menyeimbangkan demand-side dengan supply-side.
Tentunya
fase berikutnya yaitu 2014-2019 menjadi tonggak tinggal landas bagi
sejarah pembangunan nasional pasca-reformasi. Sejumlah capaian telah
dilakukan pada periode-periode sebelumnya. Namun tentu saja pekerjaan
rumah masih banyak yang perlu dituntaskan. Terutama pekerjaan rumah
untuk mempersiapkan ekonomi Indonesia berada satu tahapan yang lebih
tinggi lagi. Sementara penanganan kemiskinan dan pengangguran masih
tetap ada, keberlanjutan pembangunan infrastruktur juga perlu
diteruskan. Konektivitas nasional untuk menjamin jaringan produksi guna
menekan ekonomi biaya tinggi perlu menjadi prioritas. Upaya hilirisasi
dan industrialisasi berbasis sumber daya alam yang telah dimulai pada
periode 2009-2014 perlu dilanjutkan dalam periode ini. Selain itu juga,
kebijakan untuk pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk
meningkatkan daya saing nasional perlu menjadi prioritas nasiona.link
http://www.setkab.go.id/artikel-8906-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar